Tag Archives: anak-anak

PENGERTIAN SUNNAH DAN SUNAT…

PENGERTIAN SUNNAH

Sunnah biasanya juga disebut hadits. Menurut harfiah kata sunnah berarti adat istiadat. Menurut definisi, sunnah adalah sesuatu yang merupakan perkataan, perbuatan dan taqrir (penetapan) Rasulullah SAW. Merupakan perkataan (qauliyah) yaitu hadits-hadits Nabi SAW yang beliau sabdakan. Disebut sebagai perbuatan (sunnah fi’liyah) yaitu sesuatu yang Nabi SAW kerjakan dan yang merupakan ketetapan (taqririyah) ialah suatu perbuatan yang dikerjakan sahabat di hadapan Nabi SAW atau beliau sendiri mengetahui orang mengerjakan perbuatan tersebut namun beliau SAW berdiam diri.

Di kalangan ulama ada perbedaan pandangan mengenai hadits dan sunnah. Sunnah diartikan pada kenyataan yang berlaku pada masa Rasulullah SAW atau telah menjadi tradisi umat Islam pada waktu itu, menjadi pedoman untuk melakukan ibadah dan mu’amalah. Sedangkan hadits adalah keterangan-keterangan dari Rasulullah SAW yang sampai kepada kita.

Apabila memandang dari segi riwayat penyampaian secara lisan, sesuatu keterangan dari Rasulullah SAW menjadi hadits dengan kualitas yang bertingkat-tingkat. Ada yang kuat dan ada yang lemah. Oleh karena itu hadits belum tentu sunnah, tetapi sunnah adalah hadits.

KEDUDUKAN SUNNAH

Sunnah merupakan sumber kedua setelah Al Qur’an. Ia berkedudukan sebagai juru tafsir atau pedoman untuk pelaksanaan terhadap Al Qur’an.

Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya. (QS. 59:7)

Ayat tersebut menunjukkan bahwa seorang muslim selain menerima Qur’an juga harus menerima sunnah. Rasulullah SAW Rasulullah SAW bersabda:

Aku tinggalkan padamu dua urusan, sekali-kali kamu tidak akan sesat bila berpegang pada keduanya: Al Qur’an dan Sunnah Nabi-Nya.”

Tanpa Sunnah, Al Qur’an tidak akan dapat difahami secara praktis. Contohnya, dalam Al Qur’an adanya perintah solat. Sunnah itulah yang menjelaskan praktiknya. Begitu juga zakat, secara terperinci Sunnah yang akan menjelaskan ketentuan-ketentuannya, baik dari segi harta yang harus dikeluarkan ataupun pendistribusiannya. Demikian pula ajaran-ajaran lain dalam Islam. Karena itu mengikuti Kitabullah harus dengan mengikuti Sunnah Rasulullah SAW.

Barangsiapa yang menta’ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta’ati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara mereka. (QS. 4:80)

Selain itu, dari segi pengalaman praktis, Rasulullah SAW merupakan perwujudan dari Al Qur’an. “Akhlaqnya adalah Al Qur’an” (HR Muslim,  Ahmad dan Abu Daud). Beliau SAW merupakan teladan yang baik bagi seluruh manusia.

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. 33:21)

Berdasarkan huraian diatas maka jelas antara Al Qur’an dan Sunnah tidak ada perbezaan dalam segi kewajiban taat kepada keduanya. Taat kepada Allah SWT harus taat kepada Rasul. Sebab, Rasulullah tidak akan menyuruh sesuatu perintah kecuali yang diperintahkan Allah SWT.

Barangsiapa yang menta’ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta’ati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara mereka. (QS. 4:80)

PENGERTIAN SUNAT

SUNAT:

Sunat ialah sesuatu yg dituntut drpd seorang mukallaf supaya melakukannya, ttp tuntutan itu boleh dikatakan juga sesuatu yg tidaklah mesti atau sesuatu yg diberikan pujian kpd pelakunya, ttp yg meniggalkannya tidaklah tercela.

HukumCiri -cirinya
WajibJika dikerjakan berpahala, dan jika ditinggalkan berdosa
SunnatJika dikerjakan berpahala, dan jika ditinggalkan tidak berdosa
HarusDikerjakan tidak berpahala, ditinggalkan tidak berdosa
MakruhJika dikerjakan tidak berdosa, dan jika ditinggalkan berpahala
HaramJika dikerjakan berdosa, dan jika ditinggalkan berpahala

PERBEZAAN ANTARA FAKIR DAN MISKIN…

Sebagian ulama ada yang beranggapan bahwa fakir dan miskin adalah sama padahal keduanya berbeza. Namun, ada perbezaan pendapat di antara ulama dalam membezakan keduanya. Ada yang berpendapat bahawa orang fakir lebih susah berbanding orang miskin, ada pula yang berpendapat sebaliknya. Yang rajih, orang fakir lebih kesusahan daripada orang miskin.

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Orang fakir lebih susah daripada orang miskin. Orang miskin adalah orang yang mempunya harta/pendapatan, namun tidak mencukupinya, sedangkan orang fakir tidak punya harta/pendapatan sama sekali. Ini adalah pendapat Imam asy-Syafi’i serta jumhur ahli hadits dan ahli fiqih.” Ini pula pendapat Ibnu Hazm azh-Zhahiri.

Dalil-dalil yang ada menunjukkan secara jelas hakikat fakir dan miskin, serta perbezaan diantara keduanya. Jadi, jika digandingkan maka keduanya sangat berbeza. Namun, perlu diketahui bahwa jika disebutkan kata fakir secara tersendiri, maknanya meliputi miskin. Demikian pula jika dikatakan miskin disebutkan secara tersendiri, maknanya meliputi fakir.

TAKUT ITU ADALAH BENTENG DARIPADA TERJEBAK DENGAN DOSA!!!

1 MATLAMAT DAN CITA-CITA

SEKOLAH MENENGAH ISLAM ZADUT TAQWA

Bersatu dalam Islam ialah bersatu dalam menuju matlamat yang sama.

Jalannya luas dan banyak. Selagi dalam syariat maka ia dibenarkan. Sepertilah mazhab-mazhab yang membantu menyelesaikan masalah umat.

Yang rasa susah bila tak dapat terima dan berlapang dada dengan kelebihan atau kekurangan yang lain. Lagi merosakkan, jika tidak mengikut cara dan fahamannya, itu salah dan silap. Caranya dan fahamannya sahaja yang betul.

SEMBAHYANG ITU TIANG AGAMA

Matlamat kita ialah negeri Akhirat, dan kita diminta persiapkan bekalan. Dan sebaik-baik bekalan ialah Taqwa. Jika bekalan ini betul dan matlamatnya sama, tiada masalah di mana pun kita berada…

Seorang Sahabat, Pelayan RSAW Dan juga Perawi Hadith!

#sang pelayan nabi saw diwaktu suka dan duka#

ANAS bin Malik RA masuk Islam saat usiannya belum genap 10 tahun. Dia terus bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam dan mengabdi kepada beliau menghadap ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala. Saat itu usia Anas bin Malik RA 21 tahun.

Nama lengkap beliau Abu Hamzah atau Abu Tsumamah Anas bin Malik bin Nadlar Al-Khazraji Al-Anshari, berasal dari Bani Najjar. Ibunya bernama Ummu Salma Sahlah binti Malik bin Khalid, isteri kepada Malik bin Nadlar. Malik pergi ke Negeri Syam dan meninggal dunia disana. Setelah itu Ummu Salma dipinang oleh Abu Thalhah Zaid bin Sahal. Dia hendak menikah dengan Abu Thalhah dengan syarat  ia mahu masuk Islam.

Ummu Salma menjadikan keislaman Abu Thalhah sebagai mas kahwinnya. Pernikahan itu terjadi antara Bai’ah Aqabah pertama dan kedua. Dan Abu Thalhah turut serta dalam Bai’ah Aqabah kedua.

Saudara kandungnya, Al-Bara’ bin Malik adalah salah satu pahlawan Islam yang gagah berani dan gugur dalam Perang Tustur. Anas bin Malik RA lahir pada tahun ke-3 kenabian atau 10 tahun sebelum hijrah. Dia masuk Islam melalui ibunya ketika Nabi SAW hijrah ke Madinah. Jadi, Anas bin Malik RA termasuk Sahabat Nabi yang sangat muda. Kemudian Anas bin Malik RA dikurnia anak-anak dan keturunannya yang banyak. Hal itu dia peroleh berkat do’a Rasulullah SAW untuknya.

“Yaa Allah, berikanlah dia harta dan anak yang banyak dan berikanlah keberkatan kepadanya.”  Maka Anas bin Malik RA pun dikurnia harta yang banyak dan melimpah.

Dia juga dikurnia anak-anak dan cucu-cucu yang ramai. Jumlahnya hampir 100 orang. Anak-anaknya antaranya bernama Abu Bakar, Ubaidillah, Nadlar dan Musa

BERGURU KEPADA RASULULLAH SAW

Setelah masuk Islam Anas bin Malik RA terus menantikan hijrah Nabi SAW ke Madinah. Maka tatkala beliau tiba di Madinah kedua orang tuanya terus membawa Anas bin Malik kepada Nabi SAW agar diterima menjadi pelayan beliau.

Rasulullah SAW menerima kehadiran Anas bin Malik RA sebagai pelayannya. Rasulullah SAW mengasuh Anas bin Malik RA dan memeperlakukannya dengan baik. Beliau bahkan sering memanggilnya:  “Nak !” sebagaimana diriwayatkan oleh At- Tirmidzi dari Anas bin Malik RA bahwasannya Rasulullah SAW pernah bersabda kepadannya: “Nak! Kalau kamu boleh memasuki waktu pagi dan petang dengan hati yang bersih dari rasa hasad dengki kepada seseorang, lakukanlah.” Kemudian beliau bersabda “Nak! Itu adalah sebahagian dari Sunnahku. Barangsiapa yang menghidupkan Sunnahku bererti dia mencintaiku. Dan barangsiapa yang mencintaiku dia pasti akan bersamaku di Surga.”

Dan Nabi SAW memperlakukan Anas bin Malik RA dengan kelakuan yang sangat lembut. Bahkan Anas bin Malik RA pernah mengatakan: “Aku melayani Rasulullah SAW selama 10 tahun. Demi Allah , beliau sama sekali tidak pernah mengatakan: ‘Ah! Kepadaku. Beliau juga tidak pernah bertanya kepadaku: “Mengapa kamu berbuat begitu? Atau mengapa kamu berbuat begitu? ”

Anas bin Malik RA mendapatkan anugerah yang sangat besar dari Rasulullah SAW. Yaitu bahwa beliau berjanji akan memberikan syafa’at kepadannya. Anas bin Malik SAW mengatakan: “Aku pernah meminta kepada Nabi SAW agar beliau berkenan memberiku syafa’at pada Hari Kiamat kelak. Lalu beliau bersabda: “Ya aku akan melakukannya”. Kemudian aku bertanya: ‘Ya Rasulullah, di mana aku harus mencarimu? Beliau menjawab: ‘Pertama carilah aku di atas titian sirat(jambatan )’. ‘Jikalau aku tidak menemukanmu di atas shirath?’. Beliau menjawab: ‘Carilah aku di mizan (timbangan amal)’. Jikalau aku tidak menemukanmu  di mizan? Tanyaku lagi. Beliau menjawab: ‘Carilah aku di haudl (telaga). Karena aku tidak akan tidak ada dari tiga tempat itu.

MERIWAYATKAN HADITH

Anas bin Malik RA dengan Nabi SAW semenjak beliau hijrah ke Madinah sampai menghadap Allah SAW, memberinya kesempatan yang luas untuk meriwayatkan hadits sebanyak-banyaknya dari Nabi SAW. Jumlah Hadits yang diriwayatkan oleh para perawi dari Anas bin Malik RA mencapai 2286 buah Hadits. Dan tidak ada sahabat lain yang jumlah periwayatkan Haditsnya melebihi Anas bin Malik RA selain Abu Hurairah RA dan Abdullah bin Umar RA.

Anas bin Malik RA menjaga amanah ini dengan baik dan menyampaikannya seperti apa yang didengarnya. Dan selepas peninggalan Nabi SAW, Anas bin Malik RA pun menjadi guru besar bagi imam-imam besar, seperti Hasan Al-Bashri, Ibnu Sirin, Said bin Jubair, Qatadah, Az-Zuhri dan Umar bin Abdul Aziz. Namun apa yang diriwayatkan oleh para perawi itu tidak semuanya di dengar langsung oleh Anas bin Malik RA dari Nabi SAW.

Dengan kata lain sebahagian besar berasal dari mulut Nabi SAW ke telinga Anas bin Malik RA , dan sisanya dia dengar dari Abu Bakar , Umar bin Khattab, Ubadah bin Shamit, Muadz bin Jabal, Abdullah bin Mas’ud atau Abu Hurairah RA yang mendengar langsung dari Nabi SAW. Al-Hakim menceritakan bahwa Anas bin Malik RA pernah menyampaikan Hadits dari Rasulullah SAW. Kemudian ada yang bertanya: “Engkau mendengarnya terus dari Rasulullah SAW? ” Anas bin Malik RA menjawab : Demi Allah , tidak semua hadits yang kami sampaikan kepada kalian itu kami dengar langsung dari Rasulullah SAW satu sama lain, dan kami tidak saling curiga-mencurigai. Kesemua jumlah hadits yang dihafalnya tidaklah sedikit, dia sangat berhati-hati dan tidak gopoh dalam menyampaikan riwayat supaya dapat ia terhindar dari kesalahan. Dengan kata lain dia tidak menceritakan sesuatu yang dia yakini kebenarannya dan hafalannya. Anas bin Malik RA pernah berkata: “ Sekiranya aku pernah dengar dari Rasulullah SAW. Beliau pernah bersabda: “Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, hendaklah ia menempati tempat duduknya di Neraka”.

Rasulullah SAW pernah melarang para sahabat mencatat Hadits beliau agar tidak tercampur dengan Al-Qur’an . Tetapi setelah penulisan Al-Qur’an sempurna dan wahyu telah berhenti sepeninggal Rasulullah SAW, maka tidak ada lagi alasan untuk melarang penulisan Hadits. Dan Anas bin Malik RA adalah salah satu orang yang mencatat hadits Nabi SAW. Dia pernah berkata : “Ikatlah ilmu dengan tulisan ”

SEDIKIT KISAH MENGENAI ANAS BIN MALIK

Keistimewaan terpenting yang dimiliki oleh sahabat Nabi SAW ini ialah ketekunannya dalam menyampaikan hadits-hadits Nabi kepada umat islam. Itulah kesibukan yang paling utamanya sampai akhir hayatnya. Abu Bakar RA pernah menugaskan Anas bin Malik memungut Zakat di Bahrain atas usulan Umar bin Khathab . Karena Umar bin Khathab RA pernah berkata: “Kirimilah dia (Anas bin Malik) karena dia benar-benar pandai menulis.” Dan tatkala Abu Musa Al-Asy’ari memegang jawatan sebagai Gubenor Bashrah, Anas bin Malik dijadikan sebagai orang dekatnya. Abu Musa bahkan menyuruh Anas bin Malik untuk mewakilinya menghadap kepada Umar bin Khathab RA . Dan dia juga menugaskan Anas bin Malik RA memimpin kawasan Persia. Kemudian tatkala Abdullah bin Zubair dibai’ah menjadi Khalifah, Anas bin Malik RA ditunjuknya menjadi Gubenor Bashrah selama beberapa waktu.

Kesibukan Anas bin Malik dalam menekuni Hadits Nabi tidak menjadi penghalang baginya untuk berjuang di medan jihad. Anas bin Malik terlibat dalam Perang Badar dan Perang Uhud.

Ketika itu Anas bin Malik bertugas melayani keperluan Nabi SAW . Anas bin Malik terlibat dalam Perang Khandaq sebagai seorang pejuang yang mampu mematahkan leher orang-orang musyrik dan menjatuhkan mereka.

Setelah Nabi wafat, Anas bin Malik ikut serta dalam perang melawan orang-orang murtad dan mendapatkan kemenangan yang gemilang . Anas bin Malik juga pernah terjun ke medan Perang Qadisiyah . Kebetulan Anas bin Malik mahir memanah. Setelah Perang Tustur yang berakhir dengan kemenangan yang sangat gemilang . Abu Musa Al-Asy’ari, panglima perang tersebut menugaskan Anas bin Malik membawa para tawanan dan rampasan perang kepada Amirul Mukminin, Umar bin Khathab.

Anas bin Malik datang kepada Umar bin Khathab dengan membawa pimpinan Tustur, Hurmuzan.

Di masa akhir hidupnya,  Anas bin Malik  tinggal di salah satu sudut kota Bashsrah hingga usianya lebih dari 100 tahun. Di sana Anas bin Malik jatuh sakit dan terus berkata kepada orang-orang yang ada disekitarnya: “Tuntunlah aku membaca Laa ilaha illallah.” Anas bin Malik tidak berhenti membaca kalimat tauhid itu sampai menghembuskan nafas terakhirnya. Peristiwa itu terjadi pada tahun 93 Hijriyah. Ada yang menyatakan bahwa Anas bin Malik adalah Sahabat Nabi yang paling akhir meninggal dunia. Namun ada pendapat lain yang menyatakan bahwa setelah Anas bin Malik masih ada satu orang sahabat Nabi yang hidup, yaitu Abu Thufail Amir bin Watsilah Al-Laitasi yang wafat pada tahun 100 Hijriyah.*

DENGAN KITA BERCERITA DAN MEMBACA TENTANG PARA SAHABAT NABI SAW, SEMOGA KITA DAPAT MENCONTOHI MEREKA, YANG MANA DIAKHIR ZAMAN INI PENUH DENGAN SEGALA MACAM FITNAH….

Call Now
Directions