Tag Archives: Al Quran

KEHEBATAN MATI

SESUATU yang pasti terjadi, tapi sering dilupakan dan tidak dipedulikan, ialah mati. Yakni berhentinya degupan jantung, lalu berhentilah nafas dan aktiviti lainnya, hingga manusia tidak berguna apa-apa lagi. Walaupun dia seorang profesor, raja atau presiden. Kalau dibiarkan akan busuk dan berkerut, maka terpaksalah ditanam jauh-jauh ke dalam bumi.
Semua orang dulu pasti sudah merasakan mati. Mereka sudah tidak ada lagi di bumi ini. Yang tinggal hanya nama dan sejarah hidup mereka saja. Dan detik itu pasti datang pada setiap orang diantara kita. Ia adalah program yang tidak boleh tidak pasti terjadi, dan kita sering tertanya-tanya: “Bilakah giliranku untuk mati? Dan apa persediaan yang mesti aku lakukan?’~ .

Kesakitan sewaktu roh dicabut dari badan oleh Malaikat Izrail seperti ditusuk-tusuk 300 kali dengan mata pedang. Hancur lumat hingga hilang segala-galanya. Rasa haus ketika maut tiba teramat sangat azabnya hingga kalaupun air satu lautan diminum tidak akan puas-puas juga. Tersedar kembali sewaktu berhadapan dengan Munkar dan Nakir. Yakni di satu alam luar yang lain dari alam dunia ini. Alam Barzakh namanya. Alam di mana kita dapat melihat malaikat dan bertanya-jawab dengannya. Alam yang diperlihatkan Syurga dan Neraka. Dan dapat juga melihat ragam manusia di dunia yang belum mati lagi itu.
Hidup di sana kalau bahagia, sangat lama sekali yakni hingga Kiamat, mungkin beribu-ribu tahun. Dan kalau Kiamat tiba mungkin beribu-ribu tahun lagi. Dan kalau tersiksa pun begitu jugalah lamanya. Bahagia atau derita bergantung pada berhasil atau tidaknya kita ketika di dunia. Kalau berhasil menjalankan tugas sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya di bumi, maka bahagialah kita. Sebaliknya kalau sewaktu di dunia menjadi hamba nafsu dan syaitan serta berjuang untuk itu, maka malaikat akan mengazab kita di Barzakh sana. Terkurung selama beribu-ribu tahun dalam azab sengsara.
Itu kata Allah dan itulah ketentuan-Nya. Al Quran dan hadis banyak sekali menceritakan tentang ini dengan sejelas-jelasnya. Lihat contoh-contohnya
1. Surah Al Qiyamah, ayat 36-40:

Terjemahannya: Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa dipertanggungjawabkan) ? Bukankah dia dahulu setitis mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim). Kemudian mani itu menjadi segumpal darah lalu Allah menciptakannya sepasang laki-laki dan perempuan. Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang yang mati?

2. Surah Al ‘Aadiyaat, ayat 6-11:

Terjemahannya: Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak berterima kasih kepada Tuhannya dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya, dan sesungguhnya dia sangat bakhil kerana cintanya pada harta. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada. Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.

3. Surah An Naaazi’at, ayat 10-14 :

Terjemahannya: (Orang kafir) berkata: “Apakah sesungguhnya kami benar-benar dikembalikan kepada kehidupan yang sebelumnya?” Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kamu telah menjadi tulang belulang dan hancur lumat? Mereka berkata: “Kalau demikian, itu adalah satu pengembalian yang merugikan . ” Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu tiupan saja. Maka dengan serta-merta mereka hidup kembali di permukaan bumi.

4. Surah An Nabaa’, ayat 38-40:

Terjemahannya: Pada hari ketika roh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan yang Maha Pemurah. Dan ia mengucapkan kata yang benar. Itulah hari yang pasti terjadi maka barangsiapa yang menghendaki, nescaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya. Sesungguhnya kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat pada hari manusia melihat apa yang telah dibuat oleh kedua-dua tangannya dan orang kafir berkata: “Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah.”

5. Surah An Naaz’iat, ayat 34 -41:

Terjemahannya : Maka apabila malapetaka yang sangat besar (Hari Kiamat) telah datang. Pada hari (ketika manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya dan diperlihatkan Neraka dengan jelas setiap orang yang melihat. Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya Nerakalah tempat tinggalnya. Dan adapun orang yang takut pada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka Syurga tempat tinggalnya.

Demikianlah kita telah diberitahu seterang-terangnya tentang sesuatu yang bakal terjadi dan menimpa setiap diri. Apa pendapat anda? Nasib di dunia atau nasib di akhiratkah yang hendak diutamakan? Sebab orang yang kaya di dunia (tetapi tidak bertaqwa) akan miskin di akhirat. sedangkan miskin di dunia masih ada tempat tinggal, pakaian dan makan minum. Masih boleh berikhtiar. Sedangkan jika miskin di akhirat, sesuap makanan pun tidak akan dapat. Tidak ada seorang pun yang simpati.
Kemiskinan dan penderitaan yang mana yang lebih patut ditakuti. Berusaha keras untuk dunia atau untuk akhirat yang mesti diutamakan? Rasulullah SAW menjawab ketika ditanya:

Terjemahannya: Siapakah orang mukmin yang paling cerdik? Sabda Rasulullah: (orang yang paling cerdik) ialah orang yang banyak mengingati mati.
(Riwayat lbnu Majah)

Maka fahamlah kita, keutamaan harus diberikan pada urusan-urusan akhirat. Sebab mati boleh jadi datang esok. Dan kalaulah hal itu terjadi dalam keadaan kita belum menjalankan tugas yang diamanahkan, kita akan menderita selama-lamanya. Sedangkan untuk dunia, kalau hari ini belum selesai, esok boleh disambung lagi. Kelalaian tentang urusan dunia tidak akan mengakibatkan kerugian yang panjang. Contohnya, kalau urusan yang kita tinggalkan boleh disambung lagi. Kita tidak rugi apa-apa. Tapi kalau kerana dunia kita tangguhkan sembahyang, tiba-tiba kita mati sebelum sembahyang. Sementara akibat meninggalkan sembahyang dengan sengaja ialah 40 tahun masuk Neraka. Demikian juga halnya kalau kita menimbun duit dalam bank, konon untuk masa depan. Kalau kita sempat tua, mungkin duit itu boleh kita gunakan; itu pun di akhirat tidak dapat apa-apa. Apa jadinya kalau kita mati sebelum tua, sudahlah duit itu tidak berguna untuk kita di dunia, di akhirat kita akan menderita kerana dosa membekukan harta pemberian Allah. Sedangkan kalau duit itu kita korbankan pada jalan Allah, di dunia lagi kita akan hidup senang. Inilah yang diingatkan oleh Rasulullah SAW, melalui sabdanya:

Terjemahannya: Berusahalah untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya. Dan berusahalah untuk akhiratmu, seolah-olah kamu akan mati esok hari.
(Riwayat Ibnu Asakir)

Jangan mengertikan hadis ini menyuruh kita bekerja keras di dunia saja; bekerja keraslah juga untuk akhirat. Maksud yang sebenarnya ialah urusan dunia kerana lama lagi (masih ada waktu) boleh ditangguhkan atau dikemudiankan; sedangkan untuk akhirat, kerana boleh jadi mati esok, mesti disegerakan atau didahulukan.
Ingatlah mati dan akibatnya. Ia dahsyat, hebat dan menakutkan pada yang mati dan untuk yang tinggal. Secara kasar kita sudah ceritakan hal sesudah mati, untuk yang mati dan akan mati. Mari kita lihat pula akibat mati pada yang hidup. Betapa hebat dan menakutkan!
Orang yang kematian orang yang dikasihinya, akan merasakan kehilangan yang amat berat untuk ditanggung. Sedih pilu yang tidak terkira. Tempat bergantung putus sudah. Harapan hidup bahagia, meliar tidak menentu; ke mana hendak mengadukan nasib.
Kalau yang meninggal itu raja, negara diselubungi duka, rakyat kehilangan ketua negara. dengan terpaksa dicarilah penggantinya. Maka berubahlah sistem pengaturan negara. Kalau pemimpin meninggal dunia, pengikut bagaikan anak ayam kehilangan ibu. Pimpinan terputus, didikan terhenti, payung tempat berteduh dirasa telah tiada lagi. Pengganti belum tentu sama gayanya. Huru-hara mungkin terjadi, jika ada orang yang mahu mengambil kesempatan dari bala itu.
Kalau guru meninggal dunia, murid-murid akan kehilangan sumber ilmu. Lampu yang menerangi hidup padam. Merka akan berada dalam kegelapan sesaat sebelum ada guru pengganti. Itu pun belum tentu sama. Dukacitapun berkepanjangan.
Apabila suami meninggal, isteri menjadi janda. Hidupnya jadi serba salah. Mahu kemana? Mahu kawin, banyak masalah walaupun itu tuntutan fitrah. Kehilangan orang yang dikasihi, tinggal bersendirian, tiada orang yang mengurus keperluan. Bukan mudah mencari pengganti. Kalau bapa meninggal, anak-anak jadi yatim. Malang sekali kerana sumber kehidupan terputus. Siapa yang bakal menyanggupi nasib mereka? Kalau tidak ada, hidup mereka terabaikan dan tersiksalah hidupnya. Jika ibu yang mati, anak-anak jadi piatu. Tempat bermanja tidak ada lagi. Kasih sayang, belaian dan penjagaan tidak akan ditemui lagi dalam hidup.
Kalau tunang pula mati, remuk-redam jantung hati. Buah hati yang dirindui, belum sempat bertemu sudah pergi buat selama-lamanya. Kalau tidak kuat iman, berduka sepanjang hayat.
Demikianlah dahsyatnya akibat kematian; ngeri dan menakutkan. Sebut saja mati, orang yang tidak beriman sangat benci. Sebaliknya orang yang beriman akan insaf; sedangkan para kekasih Allah merasakan mati itu indah kerana saat pertemuan dengan Allah sudah tiba. Betul-betullah mati itu sebagai guru. Sabda Rasulullah:

Terjemahannya: Cukuplah kematian itu sebagai nasehat.
(Riwayat At Tabrani)

Kenapa Allah jadikan mati begitu dahsyat? Jawabnya supaya manusia memberi perhatian serius. Sebab biasanya satu hal yang besar dan dahsyat sangat diberi perhatian yang serius oleh manusia. Begitulah sepatutnya dengan mati. Oleh kerana akibatnya terlalu dahsyat pada yang mati dan yang hidup, tentu kita tidak boleh berbuat seolah-olah tak tahu saja. Mestilah berusaha dan bersedia dengan sebaik-baiknya, agar takdir Allah itu (ujian) dapat dihadapi dengan baik dan berhasil.
Ibarat kita akan menghadapi suatu ujian kenaikan yang besar dan penting. Tentu kita akan siap sedia dengan bersungguh-sungguh menghadapinya kerana mengharapkan kejayaan. Demikianlah halnya dengan mati ini. Iman dan taqwa, amal soleh dan akhlak mulia dengan Allah dan dengan manusia adalah syarat penting untuk selamat baik untuk yang pergi atau yang ditinggal. Yang pergi selamat di kubur, yang ditinggal tidak menderita. Iman dan taqwa akan jadi penghiburnya.
Tapi kita lihat hari ini, umat Islam tidak terlalu peduli dengan mati. Walaupun setiap hari ada orang yang mati, tapi hal itu tidak mengingatkan dan menginsafkannya; masyarakat terus bergelumang dengan dosa dan hiburan di dunia. Memang kalau manusia itu tidak ingat akan mati, mereka tidak akan takut untuk hidup dalam dosa dan maksiat. Sebab mereka mengira kejahatan itu tidak akan dipertanggungjawabkan oleh siapapun. Mereka lupa atau jahil tentang apa yang dikatakan oleh Allah :

Terjemahannya: Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tidak seorang pun berkuasa atasnya? Dia mengatakan; “Aku telah menghabiskan harta yang banyak.” Apakah dia menyangka bahwa tiada seorang pun yang melihatnya? Bukankah Kami telah memberikan padanya dua mata, lidah dan dua bibir? Dan Kami telah menunjukkannya dua jalan. Tapi dia tidak menempuh jalan mendaki lagi sukar. Tahukah kamu apakah jalan mendaki lagi sukar itu? (Iaitu) melepaskan hamba daripada perhambaan, atau memberi makan pada hari kelaparan (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat atau orang miskin yang sangat fakir. Dan dia tidak juga termasuk orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar serta berpesan untak berkasih sayang. Mereka (orang-orang beriman dan saling berpesan) adalah golongan kanan. Dan orang yang kafir kepada ayat Kami, mereka itu adalah golongan kiri. Mereka berada dalam Neraka yang ditutup rapat.
(AI Balad: 5-20)

Maknanya, mengingati mati bukan untuk keselamatan di akhirat saja, tapi juga di dunia. Tapi hari ini, kalau kita banyak sebut tentang mati, orang mentertawakan atau marah-marah. “Bila mahu membangun kalau asyik ingat mati saja”, kata mereka. Padahal dengan tak ingat mati pun umat Islam hari ini bukan membangun. Cuma ikut bangga dengan pembangunan dan kemodernan yang diimport dari Barat.
Sudahlah begitu, masalah hidup dan masalah masyarakat tidak pernah habis-habis. Berdengki, saling berhujah, fitnah, krisis dam lain-lain tidak selesai. Kalau ada pembangunan, sedikit banyak ada saja golongan kiri yang mahu meruntuhkan. Semua ini ialah diakibatkan kerana kita melupakan Allah. Apabila kita lupa Allah, Allah lupakan kita. Maka susahlah kita. Mari kita kembali kepada jalan Allah. Ingatkan mati itulah sebenarnya jalan yang menyampaikan kita kepada kemenangam dunia dan akhirat!

BAGAIMANA BELAJAR SEDIKIT FAHAM BANYAK

Orang mukmin tidak mengikat dirinya. Lebih-lebih lagi hatinya tidak terikat dengan dunianya. Diri kepunyaan Tuhannya. Hati berpaut kepada-Nya. Hatinya tidak terhutang budi kepada sesiapa. Dia merasa merdeka dengan manusia. Bahkan juga dengan sebarang benda. Ia cukup dengan Tuhannya. Kalaupun berhubung dengan manusia atau dengan benda. Ada kaitan dengan Tuhannya. Identiti Islam dibawa ke mana-mana. Prinsip hidupnya tidak berubah oleh suasana. Oleh itu kapitalis tidak dapat memilikinya. Yang punya cemeti tidak dapat mengikatnya. Perempuan cantik tidak dapat mempesonakannya. Ia boleh hidup di mana-mana. Buminya di mana-mana saja. Ia tidak terikat dengan rumahnya. Ia merdeka sepenuh masa kecuali dengan Tuhannya.

Para Sahabat di zaman awal Islam, sedikit sahaja diajar oleh Rasulullah SAW, mereka dapat faham dengan banyak, luas dan mendalam. Segala apa yang Rasulullah ajar, mereka mampu mengembangkan, mengaitkan, mengkiaskan dan mensyarahkannya hingga ia menjadi sumber ilmu yang lengkap dan menyeluruh.

Berlandaskan ilmu yang diajarkan oleh Rasulullah SAW itu juga para Sahabat mampu mentafsir dan mengembangkan ayat-ayat AI Quran. Sayidina Ali k.w.j.contohnya, mampu mengupas Surat Al Fatihah hinggakan kalau sepuluh ekor unta pun tidak akan cukup untuk memikul kitab-kitab kupasan dan tafsirannya itu.

Rasulullah SAW sendiri memang percakapannya ringkas dan pendek, tetapi isinya padat. Baginda tidak bercakap terlalu panjang tentang sesuatu perkara. Apa yang disabdakan baginda padat, lengkap dan penuh berisi. Untuk dapat faham banyak dari ilmu atau minda yang matan, ilmu itu mesti difikir-fikirkan. Kalau boleh ia perlu juga dimuzakarahkan dan dibawa berbincang. Dengan cara ini, ilmu yang matan itu akan bercambah dan berkembang.

Sebenarnya dalam ilmu ada ilmu, dan dalam ilmu kita boleh dapat penambahan ilmu. Daya fikir pula akan menjadi lebih murni dan tajam dengan roh atau hati yang bersih dan yang sentiasa terhubung dengan Tuhan. Bila roh atau hati itu bersih, Allah SWT akan mudahkan bagi akal untuk meneroka dan memahami perkara-perkara yang bersangkutan dengan ilmu. Itu sebabnya, di zaman kegemilangan Islam, di kalangan para Sahabat, Tabiin dan Tabiit Tabiin, ramai yang dapat menguasai berbagai-bagai bidang ilmu. Tidak hanya ilmu Islam seperti tauhid, fekah, tasawuf, tafsir, ilmu Hadis dan lain-lain lagi tetapi juga ilmu falsafah, astronomi, astrologi, perubatan, matematik, ketenteraan dan sebagainya.

Tambahan pada itu ramai daripada mereka yang dapat menguasai berbagai bagai ilmu ini pada satu masa. Walhal sebelum Islam, mereka hanyalah pengembala-pengembala kambing dan ilmu tentang kambing itu sajalah yang ada pada mereka. Dengan didikan Rasulullah SAW menjadikan insan mereka terbina, hati dan roh menjadi bersih, akal mereka mampu memahami, mengupas, menyaring dan menterjemah berbagai-bagai ilmu dari tamadun Yunani dan Parsi. Selepas itu mereka pula menambah dan menyumbangkan ilmu-ilmu tersebut dengan berbagai-bagai penemuan yang baru hingga negara Islam menjadi pusat ilmu bagi semua bangsa di waktu itu.

Cara kedua, untuk mendapat faham banyak dari ilmu atau minda yang matan ialah dengan mengamalkannya. Dengan amalan, ilmu akan jadi meluas dan terhurai. Allah SWT ada berfirman:
“Barangsiapa mengamalkan ilmu, Aku akan ajarnya ilmu.”
Apabila kita amalkan ilmu yang kita pelajari (ilmu yang tersurat), maka lama-kelamaan, Allah SWT akan ajar kita ilmu hikmah (ilmu yang tersirat). Ilmu seperti ini tidak perlu belajar. Allah SWT akan jatuhkannya terus ke hati kita. Ilmu ini dinamakan juga ilmu ilham atau ilmu laduni.

KEINDAHAN ISLAM

“Sesungguhnya agama yang diterima di sisi Allah hanyalah Islam…” [Ali Imran: 19]

Satu-satunya agama yang Allah akui kebenarannya, kesempurnaannya dan terbaik untuk manusia adalah Islam. Sebab Islam itu ialah agama yang datang dari Allah, sedangkan agama-agama lain adalah bikinan manusia semata-mata. Adakah sama sesuatu yang datang dari Allah dengan sesuatu yang direka oleh manusia?  Jauh, jauh sekali bezanya.

Allah adalah pencipta manusia, kerana itulah Allah lah yang paling tahu tentang manusia. Oleh kerananya aturan/agama Allah itulah yang paling lengkap dan paling sesuai dengan kejadian semula jadi (fitrah manusia).

Diri manusia terdiri dari 3 unsur, yaitu jasad, akal dan Roh/hati/jiwa. Roh/hati/jiwa manusia mempunyai perasaan yang Tuhan bekalkan bersamaan dengan lahirnya fizikal manusia. Indahnya Islam itu adalah dinul Islam itu sebenarnya sangat sesuai dengan fitrah manusia, dengan kata lain sesuai dengan perasaan manusia. Apa yang hati manusia setuju, itulah yang Allah suruh. Apa yang hati tidak setuju, itulah yang Allah larang.

Kemudian oleh Allah, Rasul diutus untuk membawa perintah untuk membenarkan apa yang ada dalam fitrah manusia, menyuburkan apa yang telah ada. Kerana itulah Islam itu indah sebab memberi makanan pada roh. Apa yang roh kehendaki, itu yang dihidangkan oleh Islam. Seperti makanan untuk fizikal manusia, kita suka daging, tiba-tiba terhidang daging, betapa indahnya. Kita suka ikan, dihidangkan ikan, betapa indahnya. Tapi ketika kita ingin daging dihidangkan lauk yang kita tidak suka, tidak indah.

Mari kita sebut contoh-contohnya.

1. Yang berhubungan dengan Akidah.

Manusia sifatnya suka menghambakan diri kepada tuannya yang menolong, melindungi dan yang memperhatikan dirinya. Atau dengan kata lain manusia rela mengabdikan diri kepada siapa yang dicintainya. Kalau kecintaannya itu perempuan maka ia akan menjadi hamba pada perempuan itu. Kalau kecintaannya pada kereta mewah, maka menghambalah ia pada kereta mewah. Kalau cintanya atau pautannya pada nafsu yakni menurut kata nafsu, jadilah ia seorang hamba nafsu.

Tapi aneh, manusia sangat marah kalau digelar hamba wanita, hamba kereta atau hamba nafsu. Fitrah menolak sekalipun sikapnya memang betul begitu. Mengapa? Sebab fitrah manusia ingin menjadi hamba Allah. Dan keinginan menjadi hamba selain Allah itu bukan fitrah. Katakanlah kepada siapa saja tanpa memandang orang kafir atau Islam, “Kamu ini hamba Allah”, nescaya dia mengiyakan dan rasa senang dengan kata-kata itu baik di mulut atau di hati. Hal ini adalah kerana fitrah manusia telah Allah ciptakan untuk menyembah-Nya dan untuk menghambakan diri kepada-Nya. Lihat firman-Nya:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Tidak aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk menyembah Aku”
[Az-Zaariyat: 56]

Allah mahu manusia menyembah-Nya dan tidak pada yang lain. Maka dijadikan fitrah manusia itu mempunyai rasa bertuhan dan menghamba diri pada-Nya. Tanyakanlah pada orang-orang yang menyembah Allah atau tidak menyembah Allah, adakah dia ingin menyembah Allah dan suka pada orang-orang yang menyembah Allah. Nescaya mereka menjawab memang suka. Suka pada pekerjaan menyembah Allah dan suka pada orang yang melakukannya. Cuma kalau mereka tidak melakukannya, itu bukan kerana benci, atau hati tidak mengakui, tetapi kerana nafsu dan syaitan menghalang dan melalaikan mereka. Mereka tidak berkuasa melawan nafsu (yang sifatnya ego), lalu menurutinya. Kalaulah bukan kerana nafsu dan syaitan, nescaya manusia ini akan sentiasa merindukan dan membesarkan Tuhannya dan sangat taat pada-Nya. Fitrah roh sudah kenal Allah dan mengaku untuk menyembah-Nya. Di dalam Al-Quran ada menceritakan hakikat ini:

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Benar (Engkaulah Tuhan kami), bahkan kami bersaksi”
[Al A’raf: 172]

2. Yang berhubungan dengan Syariat.

2.1. Manusia ingin menambah ilmu. Ingin mencari pengalaman dan ingin pandai, dan tidak menggantungkan hidupnya pada orang lain. Manusia tidak mahu hidup beku, jahil dan miskin papa. Itu adalah fitrah. Semua orang memilikinya walau apa pun juga bangsa dan agamanya. Memang Allah jadikan jiwa manusia begitu kemahuannya. Oleh kerana itu Allah datangkan agama Islam yang mengajar supaya manusia mengisi tuntutan fitrah itu. Firman Allah:

Katakanlah: “Berjalanlah kamu di muka bumi, kemudian lihatlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan itu.”
[Al An’am: 11]

Ertinya kita disuruh mengembara untuk mencari pengalaman. Rasulullah SAW bersabda:

“Menuntut ilmu wajib bagi lelaki dan wanita” (Riwayat Ibnu Abdi Al Barri)

Sabdanya lagi:

“Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahad”

Begitulah yang dikatakan Islam agama fitrah. Yakni apabila sesuatu itu disukai oleh fitrah maka Islam mendorong atau membenarkannya. Disebabkan Allah yang menjadikan fitrah manusia itu demikian maka Allah pun datangkan cara bagaimana keinginan fitrah itu disalurkan. Tanpa petunjuk dari Allah, nafsulah yang akan memimpin manusia untuk melaksanakan kehendak fitrah itu secara membabi buta. Hasilnya akan buruk sekali.

Misalnya apabila ilmu yang dituntut itu ilmu yang haram (ilmu sihir atau ilmu yang tidak dikaitkan dengan tauhid dan jiwa sufi) maka ia akan membawa akibat buruk. Walaupun adakalanya ilmu itu bersumber dari Islam, tetapi tanpa dikaitkan dengan Tauhid dan Akhlak, ia akan menyebabkan manusia sombong, dengki, bakhil, pemarah, rasuah, dan lain-lain.

Demikian juga halnya kalau mengembara yang tidak dikendalikan oleh syariat atau tidak diniatkan kerana Allah atau untuk kebaikan ia akan membawa hasil yang buruk. Sebab itu Islam menurunkan panduan-panduan yang rapi dalam melaksanakan tuntutan fitrah itu.

2.2. Dalam mencari kekayaan yang diinginkan oleh fitrah murni manusia misalnya, Islam tidak melarangnya. Malah Allah mendorong dengan firman-Nya:

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُون

“Apabila telah ditunaikan solat hendaklah kamu bertebaran di muka bumi dan hendaklah kamu cari kurniaan Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak moga-moga kamu mendapat kemenangan”
[Al Jumuah: 10]

Nabi SAW bersabda yang ertinya:

“Berniagalah kerana sembilan puluh peratus dari rezeki itu ada dalam perniagaan”

Tapi mencari harta tidaklah boleh dibuat secara sewenang-wenang. Islam mengatur cara-cara yang bersih dari riba, penipuan dan tindas-menindas, kerana hal-hal yang buruk itu bertentangan dengan fitrah. Hasilnya tidak untuk berfoya-foya, berjudi atau membekukannya dalam bank, tapi untuk kebaikan seperti membantu fakir miskin, membangun projek yang memenuhi keperluan masyarakat atau membantu usaha jihad fisabilillah. Hal ini diatur begitu rupa kerana ia sesuai dengan fitrah. Sebaliknya apa yang Islam halang adalah bertentangan dengan fitrah.

2.3. Siapa saja, tanpa melihat apakah orang itu Islam atau yang bukan Islam suka kepada makanan sedap; lelaki suka pada perempuan, perempuan suka pada lelaki; ingin mempunyai badan yang sihat dan fikiran yang waras. Begitulah fitrah manusia. Kalau keinginan fitrah ini tidak tercapai, manusia akan rasa susah dukacita dan gelisah. Allah yang menciptakan manusia sedemikian rupa, tahu cara yang sebaik-baiknya untuk manusia mencapai keinginan-keinginan itu, dan tahu juga cara-cara yang dapat merosakkan manusia dalam usaha mereka mencapai keinginan-keinginan itu.

Oleh sebab itu Allah telah menurunkan petunjuk bagaimana keinginan itu boleh dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Islam tidak menghalang keinginan fitrah tetapi tidak juga terlalu membiarkan keinginan itu dipenuhi secara membabi buta. Makan sedap, misalnya, dibolehkan dengan syarat, jangan makan makanan yang haram atau berlebihan. Malah, mengikuti sunnah Rasulullah SAW, sunat hukumnya makan daging seminggu sekali.

Demikian juga Islam menunaikan keinginan fitrah manusia untuk menikah. Ia memang dianjurkan oleh Rasulullah SAW:

“Menikah itu adalah Sunnahku, siapa yang benci pada Sunnahku ini bukanlah ia dari umatku”

Hadis lain berbunyi :

“Dua rakaat solat orang yang menikah lebih baik dari 70 rakaat shalat orang bujang”

Demikianlah indahnya Islam. Dalam usaha mengelakkan masalah dalam perkahwinan, maka ditentukan syarat rukunnya yang wajib dipenuhi. Tanpa memenuhi syarat, rumah tangga akan goyang dan tumbang. Islam membenarkan menikah dan mengharamkan zina. Sebab zina akan menzalimi dan menganiaya kaum wanita. Anak hasil perzinaan yang tidak tentu bapaknya ini akan terkontang-kanting hidupnya. Ke mana anak itu akan membawa diri? Hal ini tidak ada siapapun yang suka. Fitrah menolak. Sebab itulah Allah mengharamkannya kerana ia bertentangan dengan fitrah. Bagaimana tidak, seseorang yang berzina itu akan melibatkan baik itu ibu orang atau isteri orang atau anak perempuan orang. Siapa pun akan marah kalau keluarganya yang terlibat. Kalau begitu sanggupkah kita berzina sedangkan kita sendiri tidak suka perkara itu terjadi dalam keluarga kita?

Dalam Islam ada kaedah:
Tidak mudharat dan tidak memberi mudharat.
Contohnya:

Kahwin boleh, tapi jangan dengan isteri orang.
Kaya boleh, tapi jangan cara mencuri atau menipu wang rakyat.
Tidak ada orang, baik itu Islam atau bukan Islam, yang menganggap zina itu baik. Kalau terjadi juga, itu kerana manusia sudah jadi syaitan dan nafsunya sudah jahat sekali. Namun hati kecilnya tetap menolak; ertinya dia sentiasa dalam keadaan melawan hati kecilnya. Orang ini tidak tenang hidupnya. Dia diburu rasa bersalah dan berdosa sepanjang masa.

2.4. Akhlak yang baik, budi pekerti yang mulia yakni berbuat kebaikan sesama manusia sehingga dapat menghibur hati manusa, semua orang suka. Bagi orang yang suka menyakiti hati orang lain sebetulnya dia pun tidak mahu orang lain menyakiti hatinya dan suka kalau ia dihiburkan. Begitulah fitrah. Maka Islam agama fitrah ini datang memerintahkan agar manusia berakhlak baik sesama manusia.

Sabda Rasulullah SAW, Sebaik-baik manusia ialah manusia yang paling banyak membuat kebaikan untuk manusia lain.

Dengan itu, siapa saja yang berakhlak buruk dengan sesama manusia, seperti sombong, bakhil, hasad dan lain-lain, bererti dia menentang Allah dan juga menentang fitrahnya. Orang begini bukan saja dimurkai Allah tapi dia membenci dirinya sendiri. Hidupnya tidak akan tenang dunia akhirat.

Kalau manusia saling mengisi fitrah, aman damailah masyarakat. Tapi apa yang terjadi sekarang kita susahkan orang tapi minta orang jangan susahkan kita. Al hasil sengketa semakin merata.

Begitulah huraian tentang indahnya Islam yang sesuai dengan fitrah manusia. Dan siapa yang tidak ikut Islam ertinya menentang fitrahnya. Walaupun mereka kaya-raya, mempunyai jabatan tinggi dan banyak ilmu, tidak akan tenang hidup mereka di dunia apatah lagi di akhirat. Kerana bukan saja dia bermusuhan dengan Allah tapi juga bermusuhan dengan dirinya sendiri. Pada lahirnya manusia nampak dia senang-lenang tapi hatinya hanya Allah saja yang tahu; kosong, gelisah, terseksa, serba salah dan mudah marah.

Di Barat hari ini, orang yang kelihatan bijak pandai dan hidup senang dilaporkan banyak yang terkena sakit jiwa. Sehingga jumlah orang yang masuk rumah sakit jiwa melebihi jumlah orang yang masuk ke universiti dan kolej. Di Timur, umat Islam yang sudah rosak imannya kerana terlalu menuruti nafsunya sedang menghadapi hal yang sama. Cara hidup yang mereka pilih telah menghantarkan mereka ke lembah masalah dan kesusahan.

Hanya Islam satu-satunya agama yang sistem hidupnya benar dan terbaik untuk diikuti. Yakni kehidupan Sunnah yang telah dilaksanakan oleh Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin serta semua salafussoleh. Dengan mencontohi mereka, nescaya manusia akan kembali kepada fitrah murninya dan akan bahagia di dunia dan akhirat. Antara ciri-ciri hidup mereka adalah:

• Beriman dan bertaqwa
• Beribadah dan berzikir.
• Berakhlak mulia dengan Allah dan sesama manusia.
• Berjuang dan berjihad dengan Allah dan sesama manusia.
• Berkorban pada jalan Allah.
• Menuntut ilmu dunia dan akhirat untuk melaksanakannya.
• Bekerja mencari rezeki yang halal, di samping membangunkan tamadun ummah.
• Taat dan patuh pada Allah, pada Rasul dan pada pemimpin yang taat kepada Allah.
• Berkasih sayang.
• Saling membantu dalam kebaikan dan menolak kejahatan.
• Bermaaf-maafan.
• Bertimbang rasa di dalam masalah atau di sudut-sudut yang dibolehkan.

RAMADHAN BULAN OVERHAUL HATI

Allah Taala menjadikan manusia dijadikan sekali

di mana kekuatannya dan kelemahannya

Tuhan tahu bagaimana menguatkan yang lemah

dan bagaimana menyuburkan yang kuat

Allah Taala tahu di mana kebaikan mereka,

dan di mana kejahatan mereka

Memang Tuhan ada bekalkan manusia ada benih baik ada benih jahat

Tuhan tahu dari punca apa dia baik dan dari punca apa dia jahat

Hatilah wadahnya yang boleh menerima kebaikan dan kejahatan

Di dalam masa setahun manusia terdedah dengan

berbagai-bagai ajaran dan cabaran

Cabaran itu seperti tekanan hidup, sibuk dengan kerja,

berhadapan dengan kerenah manusia

Berlaku juga ujian-ujian yang mendadak,

kemalangan yang tidak disangka,

melihat, mendengar perkara yang merosakkan

Ditambah lagi hasil didikan, bacaan semuanya ini

memberi kesan yang negatif kepada jiwa kebanyakan orang

Kecuali orang yang kuat dengan Tuhan

jiwanya tidak rosak dan tidak memberi kesan

Cabaran-cabaran itu tidak merosakkan jiwa mereka,

bahkan bertambah kuat dengan Tuhan

Dengan rahmat Tuhan dan kasih sayang-Nya

Tuhan perintahkan puasa Ramadhan dan lain-lain ibadah tambahan

Ramadhan boleh membaik pulih kejahatan

Kerosakan manusia setahun hanya sebulan

Seolah-olah Ramadhan bulan overhaul hati insan

Seperti kereta yang sudah lama dipakai,

banyak kerosakan telah berlaku terutama enjin, perlu overhaul

Overhaullah caranya membaikpulihkan kereta

yang perjalanannya sudah tidak berapa betul

Manusia yang sudah rosak jiwanya, fikirannya,

sikap dan tingkahlakunya dipulihkan melalui didikan Ramadhan

Didikan Ramadhan merupakan satu pakej pendidikan

di antara satu sama lain kuat-menguatkan

Siangnya puasa, sembahyang ditambah lagi dengan Tarawikh,

disusul dengan membaca Al Quran

Ditambah lagi dengan perkara-perkara sampingan,

zikir, tasbih, tahmid, salawat, tafakur

digalakkan bersedekah dan pemurah,

perbualan yang menambah kesedaran

Keseluruhan itu asasnya adalah mujahadah melawan nafsu

menentukan didikan Ramadhan berkesan atau tidak bekesan

Didikan Ramadhan ada mujahadah, ada didikan puasa, didikan sembahyang

Ditambah lagi didikan Al Quran dan lain-lain lagi tambahannya

Mujahadah ertinya memerlukan kekuatan jiwa,

memaksa membuat yang disuruh,

memaksa meninggalkan larangan

Larangan itu sama ada yang lahir mahupun yang batin kenalah tinggalkan

Mujahadah ertinya memaksa, terseksa, membencikan, menjemukan, meletihkan

Kalau jiwa tidak kuat usaha tidak dapat diteruskan, atau buat tanpa kesungguhan

Kerana itulah mujahadah perlu pemangkin yang menggalakkan,

Pemangkin ialah puasa yang hati dan fikirannya puasa,

sembahyang yang dapat dihayati,

didikan Al Quran yang difaham dan dijiwai

Di antara didikan sembahyang, menebalkan rasa kehambaan

dan menajamkan rasa bertuhan

Di antara didikan Al Quran di sana ada khabar gembira,

ada amaran, ada suri teladan juga ada kesedaran dan keinsafan

Didikan puasa rasa lemah, rasa hamba,

rasa timbang rasa, menyedarkan dan menginsafkan

Daripada 3 pakej didikan yang utama itulah

menjadikan pemangkin menguatkan jiwa, menyuburkan jiwa, meneguhkan keyakinan

Apabila jiwa kuat, jiwa subur, mujahadah pun kuat

Apabila jiwa kuat dan subur hikmah Ramadhan

daripada 3 pakej didikan tadi boleh bangunkan insan

Jika hikmah Ramadhan itu dapat dimiliki lahirlah manusia luarbiasa

Ertinya manusia yang dioverhaul di bulan Ramadhan

mengembalikan manusia kepada fitrah sucinya

Lahirlah manusia yang luar biasa,

iaitu manusia yang benar-benar rasa kehambaan

Manusia yang tawadhuk, sabar, redha, berkasih sayang,

bertimbang rasa, pemurah, kerjasama

Malu akan jadi pakaian, tawakal menjadi perasaan, keyakinan kental

Apabila sifat ini dapat dimiliki, automatik mazmumah terbasmi

Sombong, tamak, bakhil, pemarah, hasad, dendam, gila puji, gila nama, mati

Inilah dia orang yang menang dan berjaya didikan Ramadhan

Selepas Ramadhan manusia itu kembali suci seperti fitrahnya yang semulajadi

Orang ini sahajalah yang layak berhari raya

Kerana berjaya mengembalikan kesucian fitrahnya, hari raya namanya

Hari raya ertinya mengembalikan fitrah suci lagi murni

Kalau fitrah yang suci murni ini kekal sepanjang tahun,

Ramadhan yang akan datang hanya memberi cahaya lagi, bukan overhaul

Begitulah didikan Ramadhan ramai orang yang gagal, sedikit sangat yang berjaya

ABU MUHAMMAD

25.11.2002

Selepas Tarawih

APA ITU MEMBAZIR?

Di dalam Al Quran dikatakan
Orang yang membazir
Tuhan mengatakan mereka itu
Adalah kawan-kawan syaitan,
Disini kita faham,
Membazir itu sangat dibenci Tuhan,
Sehingga Tuhan kata “Siapa yang membazir itu adalah kawan syaitan”,
Mari kita belajar apa itu membazir?
Erti membazir itu menggunakan nikmat Tuhan, bukan kerana Tuhan,
Kalau begitu mensia-siakan nikmat Tuhan banyak aspeknya
Yang perlu kita faham,
Membazirkan nikmat Tuhan
Ada yang bersifat fizik,
Ada yang bersifat maddi,
Ada yang bersifat maknawi,
Ada yang bersifat rohani,
Ada yang bersifat masa,
Aspek-aspek itu kalau kita tidak gunakan untuk Tuhan
Dikatakan membazir,
Membazir itu kita ulang lagi
Iaitu menggunakan nikmat Tuhan, bukan kerana Tuhan,
Mari kita menghurai aspek-aspek nikmat Tuhan
Yang dikatakan mensia-siakan nikmat Tuhan itu supaya lebih difaham,
Mana satukah nikmat Tuhan yang kita sia-siakan?
Maka orang itu dikatakan kawan syaitan,
Pertama: katalah nikmat yang bersifat maddi itu,
Orang itu tidak menggunakan kekayaannya
Atau hartanya atau wang ringgit untuk Tuhan,
Itu dianggap membazir,
Maka orang itu dikatakan kawan syaitan,
Kedua: di aspek fizik pula,
Seseorang yang menggunakan tenaganya bukan untuk Tuhan,
Seperti untuk memukul orang,
Bukan untuk berjuang atau untuk rehat atau tidur,
Tidak untuk ziarah orang,
Tidak digunakan untuk ziarah ibubapa,
Tidak digunakan untuk belajar,
Ertinya dia membazir tenaga,
Dia dikatakan kawan syaitan,
Ketiga: ada yang bersifat maknawi,
Seperti akal fikiran atau ilmu,
Kalau tidak digunakan untuk Tuhan,
Maka dianggap membazir kerana mensia-siakan nikmat Tuhan,
Keempat: di aspek masa,
Kalau Tuhan beri dia masa,
Katalah orang itu hidup lima puluh tahun,
Tuhan bagi masa lima puluh tahun,
Masa lima puluh tahun tak digunakan untuk Tuhan
Ertinya dia telah membazir masa yang Tuhan bagi,
Tidak digunakan untuk Tuhan,
Maka orang itu juga kawan syaitan.
Kelima: di aspek rohani,
Seseorang itu rohaninya tidak digunakan untuk Tuhan,
Dikatakan orang itu membazirkan nikmat Tuhan bentuk rohani,
Maka orang itu dikatakan kawan syaitan.
Seperti perasaan kalau
Tidak digunakan untuk Tuhan
Tidak terasa kuasanya Tuhan
Tidak terasa takutnya dengan Tuhan
Tidak terasa cinta dengan Tuhan
Tidak terasa diawasi oleh Tuhan
Maka orang itu sudah membazir nikmat Tuhan
Maka orang itu dikatakan kawan syaitan.
Kalau begitu mensia-siakan nikmat Tuhan,
Bukan harta saja,
Bukan semua orang banyak harta,
Tapi mensia-siakan akal, fikiran, ilmu, masa, perasaan,
Orang tak kata membazir
Sedangkan makin lama hidup,
Makin lama nikmat itu disia-siakan,
Kalau tak digunakan nikmat untuk Tuhan,
Maka orang ini juga adalah kawan syaitan.
Ada orang anggap di segi harta sahaja,
Orang membazir masa lagi banyak,
Orang membazir akal lagi banyak,
Orang membazir ilmu lagi banyak,
Orang membazir perasaan lagi banyak,
Perasaan digunakan untuk sedih,
Sedih kerana miskin,
Sedih kerana orang benci,
Sedih kerana sakit,
Sedih dengan dosa,
Sedih dengan orang kata, hina, caci maki,
Tapi jarang orang gunakan perasaan untuk Tuhan
Jarang orang gunakan perasaan untuk merasakan, Tuhan itu mengawasinya,
Jarang orang gunakan perasaan untuk merasakan takut dengan Tuhan,
Cinta dengan Tuhan,
Jarang orang gunakan perasaan untuk merasakan Tuhan itu Maha Agung,
Kalau seseorang itu tidak menyebut Tuhan itu Maha Agung,
Tapi perasaannya terasa Agungnya Tuhan
Adalah lebih baik daripada seseorang yang menyebut Tuhan itu Maha Agung
Tapi perasaannya tidak terasa Agungnya Tuhan,
Jarang orang gunakan perasaan untuk rasa berdosa,
Dalam ajaran Islam kalau tidak berdosa, tidak rasa berdosa pun salah,
Betapalah kalau berdosa tidak rasa berdosa,
Jadi orang yang mensia-siakan harta, sedikit sahaja,
Tapi akal, fikiran, ilmu, perasaan, masa lagi banyak,
Makin panjang umur makin banyak masa disia-siakan,
Makin panjang umur makin banyak ilmu disia-siakan,
Makin panjang umur makin banyak akal fikiran disia-siakan
Makin panjang umur makin banyak perasaan disia-siakan,
Nikmat disudut-sudut itu
Orang banyak mensia-siakan selama ini,
Sedangkan itu juga kawan syaitan,
Mereka mungkin nampak hanya
Pada nasi yang tumpah,
Mereka kata:
“Jangan membazir, membazir itu kawan syaitan”
Tapi masa yang disia-siakan,
Akal fikiran yang disia-siakan,
Ilmu yang disia-siakan,
Perasaan yang disia-siakan,
Itu tidak dianggap membazir,
Jadi apa yang ulama katakan membazir itu
Tidak secara global.
Padahal membazir nikmat Tuhan itu disemua aspek tadi,
Barulah dikatakan membazir yang global,
Membazir harta itu sedikit,
Yang banyak berlaku membazir ialah
Pada akal fikiran, ilmu, perasaan dan masa.

14.07.06
11.05 mlm

Call Now
Directions